Senin, 15 Juli 2019

Pengalaman Bercinta Tanpa Diduga Part 5

Selama hampir delapan bulan bekerja di perusahaan sebagai marketing, setiap tahun biasanya tim marketing akan di berikan tiket liburan ke luar negeri beserta uang saku untuk liburan beberapa hari. Nantinya akan di informasikan langsung beberapa lokasi liburan yang bisa di pilih untuk berlibur dan biasanya bos besar langsung memberikan beberapa lokasi kepada Mia selaku manager marketing untuk dipilih salah satunya.

Bagi yang tidak berkenan untuk pergi, maka perusahaan akan memberikan insentif berupa uang yang akan dibayar setelah akhir bulan dengan diberikan tiga hari cuti kerja, sedangkan yang mengikuti liburan ini akan diberikan satu minggu cuti liburan. Tempat tujuan dan hari keberangkatan sudah di umumkan oleh Mia kepada timnya termasuk aku saat rapat pembahasan di kantor. Banyak yang memilih untuk tidak ikut, karena Insentif yang diberikan lumayan besar. Sempat terlintas di pikiranku untuk memilih tidak mengikuti liburan tim marketing dan kupikirkan hanya ingin liburan dengan pacarku Yuni, karena kami belum pernah liburan ke luar negeri disebabkan sibuknya aktivitas masing-masing.

Semua staff marketing sudah memberikan kabar bahwasannya lebih memilih untuk mendapatkan insentif kepada Mia dan hanya aku sendiri yang belum memberikan kabar tersebut. Rapat pun berlalu dan semua nya balik ke meja masing-masing untuk lanjut bekerja. Karena ini hari sabtu untuk urusan pekerjaan akan berakhir jam dua belas siang dan lebih banyak tim marketing berada di kantor menunggu jam pulang kerja. Mia pun memanggil diriku untuk masuk ke ruangannya dan setelah aku berada di ruangan Mia kulihat wajahnya tampak berseri mungkin dia berharap aku mengikuti liburan ini. Mia mulai bertanya apakah aku akan ikut liburan ini dan dia sudah tahu kalau staff marketing lebih memilih insentif jadi tinggal aku sendiri yang masih ragu. Kukatakan pada Mia kalau nanti akan kuputuskan berangkatnya atau tidak pada hari senin nanti. Raut wajahnya mulai terlihat sedih dan sambil mengatakan "ok" dan akupun kembali ke meja kerjaku.

Hari senin telah tiba saatnya kukabari pergi atau tidak nya kepada Mia sang manager ku ini. Dipelataran parkir saat turun dari mobil, hanya beberapa langkah dari mobilku, kulihat Mia juga turun dari mobil nya yang hanya beberapa deretan dari mobil yang berbaris. Langsung dia memanggilku untuk menanyakan kabar yang aku janjikan dihari sabtu kemaren itu. Kukatakan "iya" bahwasannya aku akan pergi dengan dia untuk menikmati liburan yang diberikan dari perusahaan.

Sebelumnya aku sudah mengajak pacarku untuk pergi liburan dan rupanya Yuni tidak bisa mengambil cuti dari kantor nya dikarenakan ada seorang teman Yuni yang sedang mengambil cuti melahirkan selama dua bulan lamanya. Dan pacarku Yuni mengijinkan aku pergi bersama tim marketing ku, tetapi aku tidak mengatakan hanya pergi dengan Mia, karena yang lain lebih memilih insentif daripada liburan berupa uang saku.

Hari yang ditentukan Mia telah tiba dan semua telah disiapkan Mia dengan rapi, entah rencana apa yang akan di lakukan kali ini dikarenakan kami hanya pergi berdua saja. Lokasi yang menjadi tujuan liburan kami adalah Negeri Gajah Putih (Bangkok). Aku dan Mia bertemu di bandara dengan anggunnya Mia berjalan dari kejauhan untuk menghampiri diriku sambil menarik koper besar dan memegang tas tangan. Sedangkan aku hanya membawa tas ransel lebih memudahkan aku tanpa harus mengantri menunggu bagasi nantinya. Sesudah check in, koper dan ransel ku yang niat awalny akan kubawa naik ke kabin pesawat akhirny tidak diperbolehkan oleh Mia dengan alasannya takut aku bakalan capek karna boarding pesawat sekitar dua jam lagi kami harus menunggu.

Diajaknya aku untuk mencari makan terlebih dahulu dengan berjalan sambil dia menggandeng tanganku erat. Pikiranku mulai kacau bercampur malu sampai ketakukan pun muncul di benakku ini. Aku takut di lihat oleh kerabatku,teman ataupun kerabat Yuni, karna bandara saat itu sangat ramai orang untuk pergi berlibur dikarenakan liburan sekolah. Disalah satu tempat makan, aku dan dia memesan makanan sesuai selera, sampai disuruhnya aku untuk mencoba makanan yang dipesan olehnya dengan disuapi oleh Mia. Astagaaaaaa...baru kali ini aku disuapi wanita yang bukan pacarku dan seperti menganggap aku seorang raja yang harus dilayani. Untung saja suapan kasmaran Mia hanya beberapa kali saja, kalau tidak..., mau jadi apa aku ini ditonton khalayak ramai "seorang pria dewasa berbadan kekar bak ade rai disuapi seorang wanita anggun berparas bidadari?" bisa-bisa jadi Headline News nantinya.

Cussss... Pesawat akhirnya mendarat di Bangkok, kini kami sedang menunggu bagasi sambil Mia tetap menggandeng tanganku dari pesawat hingga turun pesawat "seperti cicak nempel di dinding." Mia kulihat seperti mencari sesuatu di dalam tas yang di pegangnya dan rupanya ia mencari kartu perdana untuk di sambungkan ke selulernya agar bisa menghubungi dan mengabarkan supir taksi bahwasannya kami telah tiba dan disuruhnya untuk menunggu di pintu keluar bandara dengan menggunakan bahasa inggris.

Setelah tiba sampai ke hotel berbintang  lima, sambil mengurus masalah admin untuk kami memasuki kamar hotel. Aku melihat di meja recepsionis terdapat peta lokasi tujuan wisata sambil kupegang dan Mia melihat aku memegang peta tersebut membuat ia mengatakan " jangan takut ya beb, kamu gak akan nyasar kok selama bersama aku," dengan senyum malu kupandang wajahnya yang menjulurkan sedikit ujung lidahnya seperti mengejek diriku. Kunci berupa kartu sudah diberikannya kepadaku sambil aku menarik koper Mia yang lumayan cukup berat ntah barang apa yang diangkutnya sehingga membuat urat otot lenganku keluar.

Pintu hotel kubuka dan kupersilahkan Mia untuk masuk kedalam sambil aku menutup dan meletakkan koper berbarengan dengan ransel yang kubawa. Setelah Mia melihat aku meletakkan barang-barang bawaan kami dan aku sudah melepaskan sepatuku, tanpa beristirahat sejenak Mia langsung menyergap diriku hingga kedua kakinya berada naik mengait pinggangku sambil mulutnya mengulum bibirku yang dengan napsunya berapi-api. Katanya dia sudah tidak tahan ingin berhubungan badan dengan diriku sejak dibandara tadi dengan pakaian kaos yang menonjolkan otot-ototku. Kuluman demi kuluman dilontarkannya dan kini posisi aku berdiri dengan bersandar ditembok kamar yang bibirku kini menerima kecupan bibirnya seperti seekor bebek mencuap-cuap mengunyah makanannya.

Kini Mia sudah mulai kepanasan dan sigap membuka baju juga celananya bermotif seperti digigit tikus (celana Hot pants) yang memperlihatkan paha nan mulusnya yang baru kusadari saat ia membuka celanaya kulihat langsung vaginanya tanpa memakai celana dalam. Sempat kutanya kepada Mia apakah ia dari perjalanan menuju bandara hingga ke hotel saat ini tanpa mengenakan celana dalam? katanya "tidak celana dalam kulepas saat berada diatas pesawat sebelum pesawat mendarat." Terngiang dipikiranku bahawasannya dia sempat lama berada di toilet pesawat rupanya itu yang dilakukannya dengan melepaskan celana dalamnya agar sesampainya dihotel, ia bisa langsung menyergapku.

Kini kami sudah telanjang dan wajah Mia sudah berada di depan penisku yang langsung dimasukannya kedalam mulutnya sambil kedua tangan memegang pahaku sebagai tumpuan. Sepongan yang dilakukan Mia cukup lama mungkin dirasakan Mia masih belum cukup keras seperti biasanya. Aku hanya bisa memegang kepala Mia sambil mendorongkan kepalanya untuk melumat penisku hingga ke tenggorokannya. Terkadang lidahnya bermain dengan ujung penisku yang mekar dan terkadang juga dia menyedot kedua bijiku. Sungguh nikmat yang kurasakan seperti bercinta dengan bidadari yang haus akan napsu seks berlebihan.

Dengan perlahan-lahan badan Mia kuangkat dengan posisi badannya bersenderan di tembok dan kedua pahanya berada diatas pundakku sambil kurasakan aroma vagina Mia yang sangat wangi bagiku tanpa henti lidahku secara spontan menjilati bibir vagina Mia. Erangan Mia semakin kuat kudengar dan semakin lincah juga lidahku bermain di area vaginanya. Mia sudah tidak tahan sepertinya ingin langsung di sodok oleh batang penisku yang sudah mengeras sampai urat penisku berlomba-lomba menampakkan jati dirinya. Kuturunkan Mia dengan kedua kakinya melingkari pinggangku dan kini penisku sudah kumasukkan kedalam vagina Mia yang sudah basah akan jilatan maut dari lidahku. Terus menerus sodokan dari batangku sambil kedua mulut kami saling bercumbu tanpa henti dengan saling menarinya lidah kami saat diadu di dalam mulut Mia. Cengkeraman jari Mia kurasakan di belakang pundakku yang semakin kuat di barengin desahan yang kini semakin kencang di area telingaku, semakin membuat diriku bergairah sampai kami berdua mencapai puncak orgasme bersama dan tuangan mani ku semprotkan kembali kedalam liang vagina Mia sambil aku bergerak menuju ranjang dengan posisi Mia masih kugendong dan kurebahkan badanku ke atas ranjang hotel dengan Mia menindih diatas badanku tanpa kukeluarkan penisku yang masih mengeras.

Kurasakan dentuman jantung Mia yang keras dengan desahan manja dari mulutnya seperti irama lagu romantis yang lembut. Terlintas dipikiranku saat itu bahwasannya aku tidak mau kehilangan wanita cantik seperti Mia, apabila diperbolehkan setiap pria bisa memiliki istri lebih dari satu, maka sudah pasti Mia akan aku jadikan istri juga. Kulihat Mia kini sudah terlelap tidur dan kupindahkan dia untuk berbaring di ranjang sambil kuperhatikan cairan yang kutuangkan di lubang vaginanya perlahan mengalir keluar seperti es krim yang meleleh.

Kini aku hanya mengenakan celana saja sambil melihat kamar hotel tempat menginap kami selama beberapa hari. Terdapat pintu yang bisa terhubung ke kamar sebelah atau biasanya disebut connecting door. Sempat aku coba membuka dan benar saja kalau penghuni sebelah tidak mengunci pintu kamarnya dan kulihat beberapa pakaian wanita terletak di atas kasur terutama pakaian dalamnya dan kututup kembali pintu terhubung tersebut dengan kukunci dari kamarku. Hotel yang kami sewa ini dekat dengan salah satu mall yang bernama Siam Paragon, mungkin para pembaca yang pernah berkunjung ke Bangkok pasti tahu hotel tersebut. Aku berjalan menuju balkon kamar kami dan kulihat pemandangan cukup bagus, dimana terdapat kolam renang dan ada juganya taman yang menghiasi area kolam renang, tetapi tidak seindah lekukan bodynya sang managerku Mia.

Udara yang berhembus cukup panas dinegara Thailand sambil kunikmati dengan sebotol air dingin yang kuambil dari dalam kulkas dengan memandangi pemandangan di area kolam renang. Cukup lama aku berdiri dibalkon dan tiba-tiba Mia memeluk ku dari belakang dengan mengenakan jubah handuk yang disediakan pihak hotel untuk kami berdua. Mia meminta diriku untuk menemaninya berenang, kuiyakan kemauan Mia dan dia menyuruhku menunggu sambil dia membuka koper miliknya untuk mengambil pakaian renangnya (bikini) yang kuingat saat itu warnanya merah.

Apapun yang dikenakan Mia selalu terlihat seksi dan menonjolkan sisi feminimnya seolah-olah mata semua pria akan terbius memandangi tubuh Mia. Sesampainya di kolam renang, hanya Mia yang berenang sedangkan aku duduk disamping seorang wanita berparas cantik yang tidak kukenal dengan memakai kacamata hitam. Sempat wanita itu menoleh ke arahku dengan melemparkan senyuman dan kubalas dengan senyuman.


Bersambung...







Tidak ada komentar:

Posting Komentar